BESARAN DAN SATUAN Fisika Dasar Teknik Informatika
1.1 Besaran Pokok
Dalam mempelajari fisika, kita sering dihadapkan dengan
kegiatan-kegiatan mengamati, mengukur, mengolah/menganalisa data, dan
membuat laporan percobaan, baik secara kuantitatif atau kualitatif. Kita
pernah melakukan pengukuran, misalnya tinggi badan atau menimbang berat
badan kita. Disini kita telah mengukur, yang artinya
membandingkan suatu besaran dengan satuan.
Besaran-besaran di suatu daerah sering berbeda dengan daerah lain.
Begitu juga dengan satuan, yang mempunyai perbedaan di satu daerah
dengan daerah lain. Bahkan ada satuan yang sama tetapi alat ukurnya
tidak sama. Misalnya
jengkal, depa, hasta dan lain-lain.
Besaran yang disepakati oleh suatu badan yang disebut CGPM (
la Conference Generale des Poids et Measures) di kota Paris, dengan tujuan menyamakan besaran-besaran dan satuannya. Besaran-besaran yang telah disepakati itu disebut
besaran pokok sebanyak tujuh dan diberlakukan secara internasional, seperti tertera pada tabel 1 – 1, berikut :
Tabel 1 – 1. Tujuh besaran pokok dan dua besaran tambahan.
Besaran memiliki nilai yang didapat dari hasil pengukuran, ada dua cara :
1. langsung
angka (nilai) hasil pengukuran yang didapat langsung tanpa operasional hitung.
2. tak langsung
angka (nilai) hasil pengukuran yang didapat melalui operasional hitung.
Besaran yang didapat dari hasil perhitungan, nilainya sering sangat
besar ataupun sangat kecil. Untuk itu perlu adanya faktor pengali agar
lebih mudah menulis ataupun membacanya. Misalnya: daya yang dihasilkan
oleh suatu pembangkit listrik adalah 54.000.000 watt. akan lebih mudah
angka tersebut ditulis :
54 Mwatt (baca 54
megawat), . Mega artinya sejuta disingkat M (kapital). Akan tetapi dalam perhitungan memiliki makna dikali dengan 10
6. Faktor pengali tersebut dapat dilihat pada tabel 1 – 2, berikut ini :
Sebagai contoh :
Panjang sebuah meja 112 cm. Konversikan besaran tersebut pada satuan berikut !!!
a. = . . . . dm
b. = . . . . dam
c. = . . . . m
Alat Ukur
Alat ukur yang paling sederhana dan umum digunakan adalah mistar.
Pada mistar kita temukan dua skala, yaitu skala Utama (cm) dan skala terkecil (milimeter)
Perhatikan tampilan berikut :
Video di atas adalah cara melakukan pengukuran dengan menggunakan Jangka Sorong
Cara membaca Jamgka Sorong :
Cara menentukan nilai skala Skala Utama :
baca posisi 0 dari skala Nonius dari cm sampai mm. Dari gambar di atas, terbaca 1,4 mm.
Cara menentukan nilai Skala Ninius :
baca skala Nonius yang berimpit (terdekat) dengan skala utama. Pada gambar di atas, terbaca 4 skala nonius.
Hasil Pengukuran dari gambar di atas adalah :
1,4 cm + 4 x 0,1 mm = 1,4 cm + 0.4 mm
1,4 cm + 0,04 cm = 1.44 cm
Jadi hasil pengukuran adalah : 1.44 cm
Mikrometer Sekrup
Cara membaca Mikrometer Sekrup
Diameter kabel : 11 mm + 0,15 mm = 11,15 mm
Hasil pengukuran tersebut mengandung 4 angka penting
1.2 Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dari besaran-besaran
pokok. Contoh : kelajuan, terbentuk dari besaran panjang (S) dan waktu (
t).
Sehingga secara matematik dapat dituliskan : v = S / t ; dengan satuan
m/s. Bila persamaan tersebut kita ubah secara matematik : S = v .
t Apakah S merupakan besaran turunan ? Hal ini dapat kita tentukan
melalui satuan ; dimana satuan besaran S = m/s . s = m ; maka satuan S
adalah meter. Dalam hal ini bahwa S adalah besaran pokok, karena S
memiliki satuan pokok atau satuan dasar.
Tabel Besaran-besaran turunan.